Beberapa bulan lalu saya memutuskan untuk merenovasi rumah warisan keluarga. Bukan renovasi besar-besaran yang merombak sampai tulang, tapi lebih ke perbaikan dan penataan ulang. Lucunya, di tengah besi, semen, dan pilihan cat yang modern, saya justru jatuh cinta lagi pada material jadul yang dulu saya anggap ketinggalan zaman. Ternyata, yang klasik-klasik itu punya mood dan kenyamanan yang susah ditiru oleh material baru.
Kenapa ubin terrazzo dan kayu tua terasa “lebih hidup”
Saat membuka lembaran karpet dan lapisan vinyl di ruang tamu, kami menemukan lantai terrazzo dengan pola yang halus, sedikit retak di beberapa bagian, dan kilau yang tidak berlebihan. Saya hampir menahan napas. Terrazzo itu bukan hanya cantik secara visual; ketika diinjak, terasa sejuk di musim panas dan punya densitas suara yang meredam langkah. Kayu tua di daftar pintu dan kusen, yang sengaja dipoles ulang daripada diganti, menambah tekstur hangat yang membuat ruang terasa bersahabat.
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa material jadul sering kali punya kualitas fisik yang unggul: ketebalan kayu yang stabil, komposisi terrazzo yang padat, dinding bata yang menyimpan massa termal. Semua itu berkontribusi pada kenyamanan termal dan akustik di rumah. Daripada mengganti dengan perabotan ringan yang murah, mempertahankan material asli bisa jadi investasi kenyamanan jangka panjang.
Apakah semua yang tua memang harus dipertahankan?
Jawabannya tentu tidak mutlak. Ada bagian-bagian yang memang perlu diperbarui demi keamanan atau efisiensi energi: instalasi listrik yang harus diganti, pipa yang bocor, atau jendela yang kebocoran udara. Tapi ada juga momen di renovasi ketika saya memilih perbaikan alih-alih penggantian. Misalnya, plafon lisplang yang awalnya lapuk kami perbaiki dengan kombinasi papan kayu baru di bagian yang rusak, dan mempertahankan ornamen lama yang masih kokoh. Hasilnya, ruangan terasa tradisional namun tidak rapuh.
Saya juga belajar menimbang antara estetika dan fungsi. Kusen jendela kayu dengan sudut membulat yang sedikit seratnya terbuka kami sisakan, lalu dipasangi kaca ganda modern untuk efisiensi energi. Jadi, tidak harus memilih salah satu antara “tua” atau “baru”; yang ideal adalah perpaduan yang saling melengkapi.
Niat santai: Tips kecil dari pengalaman saya
Kalau saya boleh kasih saran ala-ala teman nongkrong: jangan buru-buru lempar semua yang lama ke tong sampah. Ambil jeda, makan kopi, lalu periksa lagi setiap elemen. Kadang, setelah diam sehari dua, saya menemukan pintu tua yang layak dibaiki dan dibuat statement piece di ruang makan. Atau ubin keramik motif bunga yang dipoles ulang jadi backsplash dapur yang unik. Hal kecil seperti itu memberi karakter, dan tamu sering bertanya, “Di mana dapatnya?” — momen yang menyenangkan untuk cerita.
Saat butuh inspirasi, saya sering menjelajahi blog desain dan marketplace lokal. Ada satu blog yang sering jadi referensi awal saya: pavinitu. Dari situ saya dapat ide-ide sederhana tentang memadupadankan material lama dengan perabot modern tanpa terkesan norak.
Arsitektur: fungsionalitas lama yang relefan hari ini
Banyak bangunan jadul dibangun dengan prinsip-prinsip pasif: ventilasi silang, jendela tinggi, overhang atap untuk menghindari panas langsung. Sewaktu merestorasi kamar belakang, kami mengembalikan ventilasi atas yang sempat disemen. Hasilnya, sirkulasi udara kembali bagus dan AC tidak bekerja keras. Arsitektur lama seringkali cerdas — menyesuaikan dengan iklim dan gaya hidup lokal. Menjaga elemen-elemen itu justru menghemat energi dan membuat rumah terasa lebih sehat.
Interior: campur tangan modern yang bijak
Di sisi interior, saya lebih memilih memasukkan sedikit sentuhan modern yang fungsional: lampu LED hangat, sistem audio tersembunyi, dan perabot modular. Namun permukaan sentuhan tetap saya biarkan natural: meja makan kayu solid, rak bata expose di dapur, karpet tenun tradisional. Kontras itu memberi rumah nuansa personal, bukan showroom toko perabot.
Akhirnya, renovasi ini mengajarkan saya tentang menghargai proses dan sejarah rumah. Material jadul bukan sekadar “sisa” — mereka adalah saksi waktu yang menawarkan kenyamanan riil. Kalau kamu sedang renovasi, coba deh beri kesempatan untuk yang lama bertahan. Siapa tahu, seperti saya, kamu akan menemukan bahwa kehangatan rumah bukan hanya soal warna cat terbaru, tetapi juga tentang tekstur, massa, dan cerita yang menempel pada setiap permukaan.